The 48th Southeast Asia Seminar

Kreasi bersama kehidupan perkotaan baru: Meningkatkan kualitas hidup di era perubahan iklim
Co-creation of New Urban Living: Advancing Quality of Life in the Climate Change Era

Perubahan iklim global dan kenaikan suhu berdampak signifikan secara tidak proporsional pada kawasan tropis dan subtropis di Asia Tenggara (SEA). Dampak ini semakin diperparah oleh efek dari laju urbanisasi yang pesat ditambah dengan fenomena urban heat island di wilayah yang memang beriklim panas dan lembap (tropis). Risiko bencana dan gangguan kesehatan—khususnya bagi kelompok rentan seperti lansia dan anak-anak—diprediksi meningkat seiring memburuknya heat stress. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merancang, menciptakan, dan membangun pola hidup dan wujud permukiman perkotaan yang baru.

Secara historis, rumah tipe terbuka (open-type dwellings) umum dipakai di berbagai wilayah. Desain langit-langit tinggi dan ventilasi alami mendukung pendinginan pasif (passive cooling), dan keterbukaan struktur bangunan dapat memperkuat interaksi sosial dalam komunitas. Namun, di tengah kepadatan kota dan suhu yang meningkat ekstrem, pendekatan tradisional ini tidak lagi memadai. Di sisi lain, keterbatasan akses ke pendingin udara (AC) menyebabkan masyarakat kelas bawah dan menengah-bawah di kampung kota yang padat menjadi bergantung pada kipas angin listrik. Sementara itu, demi privasi dan keamanan, kelas menengah-ke-atas cenderung memilih rumah tipe tertutup (closed-type dwellings) dengan AC. Pergeseran ini berdampak kepada melemahnya keterikatan sosial di lingkungan permukiman.

Urbanisasi dan pemanasan global diprediksi akan meningkatkan tren model hunian ber-AC di Asia Tenggara dalam dekade mendatang. Situasi ini berisiko mengganggu kohesi komunitas permukiman sekaligus menghalangi upaya global menuju emisi nol karbon. Produksi dan penggunaan AC secara masif berkontribusi besar dalam menyumbang emisi gas rumah kaca dan pemanasan global. Maka kini, saatnya kita memikirkan secara kritis mengenai keberlanjutan tren ini, serta menciptakan inovasi desain hunian yang memadukan kualitas hidup, kenyamanan termal, nilai sosial dan budaya, serta pendekatan yang rendah karbon. Rumah tipe terbuka dengan ventilasi yang memadai, misalnya, dapat menjadi solusi untuk merevitalisasi interaksi sosial dan rasa kebersamaan di antara warga, serta berkontribusi dalam mewujudkan masyarakat perkotaan bebas karbon di tengah tantangan perubahan iklim.

Seminar ini mengundang para pakar di bidang arsitektur, energi, teknologi pendingin udara, dan perwakilan dari pemerintah untuk mendiseminasikan nilai dan budaya permukiman yang inovatif di lingkungan tropis dan subtropis. Kami berkomitmen untuk menyusun rekomendasi kebijakan dan desain yang dapat diimplementasikan secara luas di masyarakat.

Berikut beberapa bidang utama yang akan dikaji:
Model arsitektur dan sistem pendinginan udara yang sesuai dengan iklim tropis-subtropis di Asia Tenggara di era Netral Karbon.
Integrasi pendinginan pasif dan aktif dalam konteks urban heat island.
Standar kenyamanan termal di tengah pemanasan global.
Pemahaman baru atas kehidupan permukiman kota yang berkelanjutan di kawasan tropis-subtropis.

Global climate change and escalating temperatures disproportionately affect tropical and subtropical Southeast Asia (SEA). Coupled with rapid urbanization and the urban heat island effect in the already hot and humid climate, such increasing heat stress elevates risks of disasters and health issues for SEA inhabitants, especially the most vulnerable, such as the elderly and infants. We must urgently imagine, create, and build new styles and modes of urban living and housing together.
Looking back on the past, “Open-type dwellings” for residential houses were quite common across various regions. Natural breezes came into the high-ceiling houses, lowering the temperature, and the openness enhanced communication within urban communities. Passive cooling was the norm then. But now, more than passive cooling is needed to guarantee the comfort of living in a dense and hotter urban environment. Installing more than one electric fan is a norm for lower-middle and lower-class housing with few ACs in urban village areas called Kampung or squatter areas. The upper and rising middle classes tend to choose “closed-type dwellings” with ACs for safety and privacy, weakening the neighborhood’s sense of community.
Continuing urbanization and exacerbating global warming might accelerate the spread of these middle-class tailored housing all over Southeast Asia in ten years. This would endanger the resilient community network and counter the worldwide effort to achieve zero carbon emissions. Mass production of ACs at factories and mass utilization of ACs at home cause severe carbon emissions, significantly contributing to global warming. It is time for us to ponder critically upon the relevance and sustainability of keeping and expanding this spread and to foster a new urban habitat where people can enjoy quality living while upholding their cultural and communal values amid the challenges of climate change. Well-ventilated open-type dwellings might rekindle and strengthen the sense of community among the urban residents and contribute to advancing carbon-zero urban society.
In this seminar, in addition to experts in architecture and air conditioning, experts in energy-related fields and government and municipal authorities are invited to discuss creating a new and innovative housing and air-conditioning value and culture suited to the world’s heating climate of tropical and subtropical regions. We strongly aim to compile recommendations that will lead to their societal implementation.
The following are key areas to be examined during the Indonesian fieldwork.
Suitable architecture and air conditioning model in Southeast Asia in the Carbon Neutral era
Possible combination of passive cooling and air conditioning in the development of heat islands
Comfortable thermal living environment in the development of global warming
Value and norm creation for sustainable urban life in tropical and subtropical areas